Posts

SEGITIGA RUMIT (2)

oleh: Diyah Rus Langit sore yang cantik. Aku duduk bersebrangan kursi dengannya, melihat ke sebrang jendela, berbincang sesekali sambil menatap gagang cangkir kopi yang kugenggam. Perbincangan kami tidak pernah rutin setiap hari, karena kami hanya punya beberapa kesempatan untuk bertemu, saat dia pulang. kami jarang sekali meluangkan waktu untuk  sekedar berbalasan pesan lewat medsos, video call setiap jam menit detik, panggilan suara selama berjam-jam, rasanya kami lebih menyukai bertemu langsung. Dia pendengar yang baik, pencerita yang menarik, pemikir realistis  ,  penasihat yang tenang,  pemberi pendapat tanpa memihak.  sudah lebih dari sepuluh menit dia menceritakkan hal lucu. Kemudian dia menyuruhku bercerita, membalasnya. Tapi aku lebih ingin meminta pendapat daripada bergurau.  Ada hal yang selama ini menggangguku.  Kalii ni, kuselipkan percakapan menganai agama.  Lewat kaca jendela kuintip raut mukanya. Dia tampak berusaha keras menyembunyikan perubahan di matanya. Sepe